Untuk memulai usaha memang dibutuhkan modal. Namun, menurut perencana keuangan Ligwina Hananto, modal awal tak bisa ditentukan jumlah pastinya. Modal awal bisa berupa uang, barang, bahkan jasa. Bila Anda memutuskan ingin menjadi seorang konsultan seperti yang dijalani Ligwina, misalnya, bisa jadi modal awal yang dibutuhkan bukan berupa uang, melainkan sebuah komputer atau laptop.
“Saya meminjam laptop mertua ketika baru memulai bisnis. Tidak apa-apa, yang penting berani menghadapi tantangan dan menjalani secara tekun. Ketika usaha ini sudah berjalan, baru mulai merapikan rencana bisnisnya. Saya pun pernah gagal, kok, dalam berbisnis. Memang, orang cenderung takut gagal karena berurusan dengan uang,” kisah Ligwina soal ihlwal usahanya.
Oleh karena itu, Ligwina menyarankan, saat akan memulai bisnis, awali dengan membereskan hal-hal kecil terlebih dahulu di dalam keluarga. Misalnya, menstabilkan dulu kondisi keuangan keluarga. Setelah itu, tetapkan hati mengenai usaha apa yang akan digeluti. Bila bidang yang akan dijalani sesuai dengan minat dan bakat, kata Ligwina, akan lebih mudah menjalaninya.
Bahkan, imbuhnya, memulai bisnis tak akan terganjal oleh waktu. Sebelum atau setelah pensiun pun membuka usaha tetap bisa dijalankan. Kendati demikian, bila seseorang baru memulai membuka usaha di usia yang sudah lanjut, kendalanya adalah penyesuaian diri dengan realitas masa kini yang akan menjadi lebih sulit.
Tak heran bila kemudian Ligwina menyarankan, bila ingin memulai usaha, lakukan dari sekarang tanpa perlu menunggu pensiun dan usia sudah semakin tua. “Pelan-pelan sajalah membuat rencana dari sekarang, ingin punya bisnis apa sambil menabung untuk mengumpulkan modalnya. Menurut saya, sudah enggak zamannya lagi sekarang hidup hanya mengandalkan dari gaji bulanan saja,” tukasnya.
Bila seseorang tak punya bakat berwirausaha, kata Ligwina, tak perlu berkecil hati dan menyurutkan niat untuk membuka usaha sendiri. Orang tipe seperti ini bisa mengandalkan aset aktif. “Ada tiga aset yang bisa dijalankan, yaitu usaha kecil seperti membuka warung gado-gado atau toko baju anak. Lalu usaha yang lebih besar seperti menyewakan rumah petak, kamar indekos, kios, atau apartemen. Terakhir surat berharga, artinya jika punya uang besar dapat dialihkan ke surat berharga yang bisa menghasilkan uang.”
Ligwina menyarankan, sebelum pensiun, idealnya setiap orang sudah memiliki ketiga aset tadi. “Paling tidak, punya satu aset saja, deh. Jadi tidak hanya mengandalkan gaji bulanan saja; dan jangan lupa, kondisi keuangan harus tetap sehat,” ingat Ligwina. Yang tak kalah pentingnya, berapa pun besarnya gaji Anda, usahakan agar selalu ada sisa untuk ditabung.
Namun, terkadang seseorang terkena penyakit panik ketika pensiun mendapat uang dalam jumlah besar. Bila tidak punya rencana yang jelas, kata Ligwina, sebanyak apa pun uang yang dimiliki akan habis percuma. Maka, akan lebih baik bila saat ini belum merencanakan akan membuka usaha, buat rencana jangka panjang yang akan dilakukan selepas pensiun.
“Buat rencana matang, uang berjumlah besar itu akan digunakan untuk apa saja, termasuk membuka usaha, misalnya. Jika bingung, serahkan saja persoalan ini ke perencana keuangan. Agar si pemilik uang juga tahu risikonya bila hartanya diinvestasikan; dan ingat, jika ingin berinvestasi, diperlukan mental yang kuat karena risikonya juga cukup tinggi,” tutur Ligwina mengingatkan. Nah, kapan Anda berani memulai?
www.kompas.com
No comments:
Post a Comment