Roberta Roesch, penulis buku Smart Talk: The Art of Savvy Business Conversation, mewanti-wanti setiap pebisnis untuk menjaga alur percakapan bisnis agar tetap sederhana namun lugas. Namanya juga orang bisnis, pasti punya jadwal harian yang superpadat, kan? Karenanya, istilah KISS (keep it simple, stupid!) perlu Anda terapkan di setiap kesempatan.
Utarakanlah hal-hal yang ingin Anda sampaikan kepada rekan Anda secara langsung dan tidak berbelit-belit. Sisakan detail untuk pembicaraan di lain waktu dan pastikan bahwa ia telah menangkap "gambaran besar" omongan Anda sebelum mengakhiri pertemuan. Jadikan pertemuan bisnis Anda berbobot dan bukan sekadar membuang waktu percuma. Beberapa hal ini perlu Anda perhatikan saat membangun percakapan bisnis.
Santai tapi Serius
Meski dalam keseharian Anda terbiasa menyikapi berbagai hal dengan sikap santai, namun pola pikir tersebut harus diubah ketika pembicaraan berbelok pada soal bisnis. Dengan siapa pun Anda berbisnis, ingatlah bahwa dasar dari kerjasama tersebut adalah rasa saling percaya, dan keseriusan Anda serta rekan usaha dalam menjaga komitmen. Meski sebuah lelucon bisa berperan sebagai ice breaker, pilah baik-baik agar joke dan komentar Anda tidak bernada SARA.
Sapaan Formal
Ketika berbicara soal bisnis kepada orang yang baru saja Anda temui, usahakan menyapa mereka dengan sebutan formal, seperti Bapak, Ibu, atau Saudara. Hal ini penting untuk merebut respek dan perhatian dari orang yang bersangkutan. Sebelum ia meminta Anda memanggilnya dengan nama lain, tetaplah menyapa dengan sebutan demikian. Yang penting, jangan sampai Anda melupakan namanya apabila ia telah memberikannya kepada Anda.
Pendengar yang Baik
Meski ada banyak hal yang ingin meloncat keluar dari dalam benak Anda, jangan sampai terjebak ke dalam percakapan satu arah. Beri kesempatan pada lawan bicara Anda untuk menceritakan tentang dirinya pula. Menjadi seorang pendengar yang baik berarti Anda harus berlatih untuk menunjukkan ketertarikan yang tulus pada diri lawan bicara, dan hal-hal yang disampaikannya. Tatap matanya kala berbicara dan lontarkan komentar pada saat yang tepat.
Kendalikan Kebiasaan Buruk
Kebiasaan buruk yang merusak pemandangan, seperti berbicara dengan mulut penuh, menggaruk hidung di kala gugup, dan tidak memandang lawan bicara ketika bercakap-cakap, terkadang kita lakukan tanpa sadar. Dalam percakapan bisnis, segala hal tersebut harus dihapus karena bisa mendatangkan kesan negatif. Jangan salah, suatu kesepakatan bisnis bisa batal hanya gara-gara seseorang merasa tidak sreg dengan attitude rekannya.
Topik yang Aman
Bila Anda belum lama mengenal rekan bisnis, pilihlah topik pembicaraan netral. Jangan sampai Anda terlibat dalam perdebatan yang bisa merenggangkan hubungan. Jika mungkin, carilah topik perbincangan yang sama-sama disenangi dan dikuasai. Hindari pembicaraan tentang agama dan politik, kecuali Anda ditanya terlebih dulu secara spesifik. Jika terpaksa membahas kedua topik tersebut, pastikan emosi Anda tidak terpancing dan pembicaraan selalu berada di jalur aman.
Jangan Sombong
Godaan yang dihadapi setiap pebisnis ketika bertemu dengan seorang prospek adalah keinginan untuk mengungkap segala kelebihan yang dimilikinya. Menjual diri sih boleh-boleh saja, asalkan Anda tidak melakukannya secara berlebihan sehingga membuat lawan bicara merasa muak. Tinggalkan informasi yang semestinya cukup Anda tuangkan di dalam CV. Kalaupun ingin mengangkat diri sendiri, lakukanlah dengan intonasi ringan dan nada bergurau.
Kurangi Formalitas
Dalam pertemuan kedua atau ketika hubungan dengan rekan bisnis sudah agak cair, mulailah mengurangi derajat formalitas dalam percakapan. Namun, jangan tergesa-gesa sehingga Anda terkesan SKSD (sok kenal sok dekat). Tunggu isyarat darinya dan mulailah secara bertahap. Tak perlu tergesa-gesa menjajaki sense of humor rekan bisnis Anda. Hubungan bisa menjadi tidak enak jika ia tidak nyambung atau malah tersinggung mendengar gurauan Anda.
Mengakhiri Percakapan
Akhiri perbincangan dengan tersenyum, menyebut nama rekan bisnis—didului sebutan Bapak atau Ibu, dan jabat tangan yang mantap. Jika Anda belum saling bertukar kartu nama, ini adalah saat tepat untuk melakukannya. Bila kehabisan kartu nama, tulislah nomor telepon dan e-mail Anda di atas sehelai kertas. Atau, bisa pula Anda menyusulkan mengirim data diri lewat e-mail. Yang penting, jangan biarkan pertemuan berakhir tanpa kemungkinan untuk menjalin kontak kembali.*
www.kompas.com
No comments:
Post a Comment